Pohon Trembesi Itu Aman Loh Untuk di Tanam

Pohon Trembesi Itu Aman Loh Untuk di Tanam 

Jika sama-sama bertujuan sebagai peneduh, Tukirin menyarankan menanam pohon beringin. Selain ini lebih ulet serta menjadi sumber pakan bagi burung dan fauna lain. Memakai trembesi sebagai pohon peneduh di pinggir jalan atau jalanan hijau, Tukirin berpendapat, merupakan langkah sembrono. Cabang pohon itu rapuh sehingga gampang patah saat tertiup angin. Trembesi termasuk macam pohon berukuran besar yang kapabel berdiameter satu meter. Diperlukan jarak tanam sekitar 20 meter, artinya lebih dari dua kali jarak tanam pohon peneduh lain. ”Akar trembesi juga merusak badan jalan,” katanya. Disarankan, penanaman di jalanan hijau menggunakan pohon berkarakter akar tunggang yang masuk ke dalam tanah sehingga tidak merusak jalan atau trotoar. Selain itu, batang dan dahan pohon juga mesti tak gampang ambrol atau patah serta berusia panjang. Misalnya, pohon asam (Tamarindus indica), pule (Alstonia scholaris), kenari (Canarium vulgare), kepel (Stelechocarpus burahol), dan tanjung (Mimusops elengi). Kecuali mahoni (Swietenia mahagoni) tak dianjurkan sebab bersifat mengaborsikan daun pada musim kemarau dan buahnya berukuran besar. Hal ini dapat berbahaya pengguna jalan yang berlalu lintas padat. Selain itu, kotoran daun juga bisa menyumbat aliran air di selokan. Dari semua pilihan, Tukirin tertarik dengan penanaman pohon asam karena karakter batang besar, tegak, dan akar tak timbul di permukaan (tak berbanir). Kelemahannya, sekiranya berbuah, rawan dipanen buahnya.
 
 Minimalkan petaka Dalam menghadapi hujan dan angin yang mewarnai musim setiap permulaan tahun, pohon asam relatif kuat sekiranya dirawat dengan baik. Ini bisa memperkecil potensi bencana pohon tumbang seperti yang terjadi pada Kamis, 5 Januari 2012. Saat itu, tercatat 87 pohon tumbang dan 82 pohon patah dahannya di jalur hijau Jakarta. Kecuali tumbang, jikalau terjadi di pinggir jalan kota yang berlalu lintas padat, akan sangat berbahaya. Kamis lalu, pohon tumbang mencederai warga dan merusak mobil/motor. Akibat bencana itu, Dewan Transportasi Kota Jakarta menaksir kerugian menempuh Rp 270 miliar. Ini meliputi kemacetan yang timbul dan biaya ganti rugi yang dibayarkan Pemerintah Provinsi DKI terhadap pemilik kendaraan atau rumah yang tertimpa pohon. Menyimak program penanaman pohon di Indonesia, pada tahun 1970-an, pemerintah mencanangkan penanaman besar-besaran pohon angsana (Pterocarpus indicus). Waktu itu semangatnya yaitu menghijaukan secara kencang wilayah perkotaan. Dari sisi kerindangan, usaha ini terbilang berhasil. Angsana yang memiliki pertumbuhan batang betul-betul cepat menjadi peneduh andalan Ibu Kota hingga kini. Melainkan, kayunya bersifat tak ulet, rapuh, dan mudah keropos. Kecuali itu, sebab mencari sistem pesat memperbanyak angsana, bibit juga didapat secara setek. Ini membuat pohon tak memiliki akar tunggang yang mencengkeram tanah. Sebab itu, semenjak tahun 1990, tak ada lagi program penanaman angsana. Chatarina Setyowati,

 

Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI, menjelaskan, pihaknya berupaya secara berjenjang mengganti pohon angsana dengan tanaman lain yang lebih cocok, antara lain, pohon tanjung, asam, dan mahoni. Keputusan itu didasarkan pada pengalaman musim hujan yang disertai angin pada tahun- tahun lalu. Beberapa besar tanaman yang rusak dan runtuh berasal dari jenis angsana. Beda halnya dengan kejadian pekan lalu yang ragam pohonnya bervariasi. ”Kejadian kemarin memang angin bertiup pesat. Kecuali yang tumbang bervariasi, ada beringin, asam, tanjung, bungur, dan angsana,” katanya. Selain angin kencang dan sifat biologi pohon, penanaman pohon peneduh di masa lalu yang tak disiapkan dengan baik juga menyebabkan pepohonan itu tak tertanam total. Apalagi, bongkar gali saluran di pinggir jalan yang kerap kali dilakukan acapkali memangkas akar pohon. Selain perindang totaliter diperlukan bagi kota besar yang minim ruang terbuka hijaunya. Selain menyerap udara kotor (karbon dioksida dan zat-zat polutif lain), pohon itu juga berfungsi mengurangi kebisingan lalu lintas kendaraan bermotor. Dalam Jalur Beberapa Diperlukan Tulisan Hijau Jalan 2004 yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup dituliskan, pemilihan macam tanaman adalah tindakan permulaan yang menetapkan dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Arah elemen yang perlu dipertimbangkan yakni situasi media tumbuh, lingkungan, silvikultur, sifat biologi, estetika, dan pengembangan variasi lokal. Dibutuhkan pemilihan dan perawatan supaya pohon itu tahan terhadap cuaca ekstrem serta keadaan media tanam di perkotaan yang terbatas dan bisa di gunakan untuk pemanfaatan bahan baku pembuatan furniture macam meja makan trembesi murah. Dengan demikian, tak terulang kembali momen pohon tumbang atau dahan patah yang mencelakakan pengguna jalan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lakukan 5 Cara Berikut ini Supaya Kamarmu Bisa Tetap Rapi.

5 Tips Singkat Menata Ruang keluarga Anda Supaya Lebih Nyaman